Minggu, 21 Mei 2017

Perawatan Sebelum Pernikahan

Pernikahan merupakan suatu peristiwa yang sangat sakral dan dinantikan setiap pasangan. Oleh karena itu tidak sedikit pasangan yang melakukan persiapan pernikahan jauh hari sebelumnya, agar pada saat hari "H" atau hari pelaksanaan, semua acara dapat berjalan dengan lancar dan sukses. Sebagai seorang wanita, tentu saja ingin pada saat hari pernikahannya tampil cantik dan segar, istilah yang umum adalah "manglingi". Walaupun, tidak sedikit juga mempelai wanita yang tidak melakukan perawatan tubuh menjelang pernikahan karena keterbatasan dan kesibukannya. Memang perawatan tubuh menjelang pernikahan tidak mutlak dilakukan, yang paling penting dilakukan oleh pasangan menjelang pernikahan adalah mendekatkan diri kepada Tuhan dan memohon restu-Nya agar pernikahan yang akan dilangsungkan sukses, lancar, dan bahagia lahir batin selamanya. Nha, jika mempelai wanita ingin melakukan perawatan tubuh, bisa melakukan beberapa hal :

  1. Luluran. pijat dan mandi kembang. Luluran 1 - 3x seminggu menggunakan lulur yang beredar dipasaran dapat mengangkat sel-sel kulit mati, sehingga kulit menjadi bercahaya dan bersih. Biasanya pada saat luluran disertai dengan pijat untuk melancarkan peredaran darah. Setelah luluran bisa dibilas dengan mandi kembang agar tubuh menjadi harum dan wangi. Mandi kembang ini biasanya terdiri dari bunga mawar, tanjung, melati yang dihancurkan dan campur dengan garam kasar dan perasan jeruk purut dan direndam dengan air sebagai bilasan setelah memakai lulur. 
  2. Facial dan masker. Penggunaan masker dan facial bertujuan untuk membersihkan wajah dari jerawat, merawat wajah agar tetap segar sehingga pada saat hari "H" muka tidak mudah berminyak dan make up tahan lama. Dianjurkan agar mendekati hari "H" tidak menggunakan make up terlalu sering dan berlebihan. Dilakukan seminggu sekali.
  3. Creambath. Untuk merawat rambut agar rambut terlihat indah danmudah ditata, bisa dilakukan seminggu sekali.
  4. Minum jamu. Minum jamu dilakukan untuk menjaga stamina menjelanghari "H" dan pada saat malam pertama. Jamu yang biasa diminum adalah jamu Kamaratih Kamajaya atau rebusan cabe puyang dengan kunyit asam. Minum jamu ini bisa rutin dilakukan mulai dari 30 hari menjelang hari "H". 
  5. Paket perawatan menjelang pernikahan di salon. Bagi mempelai yangpunya banyak waktu bisa mengambil satu paket perawatan di salon.
  6. Paket perawatan dari perias pengantin. Beberapa perias biasanyamenyediakan paket ini lengkap dari mulai lulur, rambut di-ratus sampai minum jamu-jamuan. 
  7. Puasa Senin-Kamis dan mengurangi makan garam agar wajah bersinar dan "manglingi"





Persiapan Pernikahan


Setiap manusia akan menuju suatu perjanjian besar yang merupakan sunah nabi yang tentu kita tidak akan melakukannya dengan main-main. Karena hal ini, bagi sebagian besar orang merupakan sesuatu yang hanya ingin dilakukannya sekali seumur hidup. Masih banyak alibi yang membuat kita harus menyiapkan segala sesuatunya dengan baik.

Sebelum anda mengambil keputusan besar, anda harus mempersiapkan minimal 4 hal…

Nah, 4 hal tersebut adalah..
1. kesiapan pemikiran
2. kesiapan psikologis
3. persiapan fisik
4. persiapan financial


1.Kesiapan Pemikiran
Kesiapan pemikiran ini mencakup 3 hal :
i. Kematangan visi keislaman
ii. Kematangan visi kepribadian
iii. Kematangan visi pekerjaan

i.Kematangan visi keislaman
Orang yang mempunyai kematangan visi keislaman berarti memiliki dasar-dasar pemikiran yang jelas tentang identitas ideologinya. Ketika seorang muslim ingin menikah, ia harus mengetahui dulu bahwa ia muslim. Namun diatas itu ia juga harus mengetahui mengapa ia menjadi muslim, sehingga ia mampu dihadapkan kepada berbagai pilihan dalam kehidupan riil.

Masalah pernikahan bukan perkara yang sulit (karena islam sendiri sudah memudahkan masalah ini) tapi bukan pula merupakan perkara yang sembarangan. Disinilah kematangan visi keislaman (baca : makrifat kepada islam dengan baik) sangat dibutuhan. Karena setelah akad nikah terlewati akan ada status qowam yang menempel pada diri seorang suami dan status bunda pada diri seorang istri yang disitu memerlukan kematangan visi keislaman. Nantinya akan terlihat peran qowam dalam memimpin bahtera rumah tangga, mau dibawa kemana isteri dan anaknya, dan akan ada peran seorang bunda sebagai ustadzah pertama bagi anak-anaknya. Siapkah seorang qowam dan seorang bunda akan pengetahuan islam; pengetahuan tentang pernikahan (sebelum dan sesudah akad nikah ditunaikan); pengetahuan tentang tauhid, akhlak, dsb yang nantinya akan diajarkan kepada jundi-jundi kecilnya; pengetahuan tentang hukum islam, etika islam, dan masih banyak lagi.

Akad nikah merupakan launcing berdirinya sebuah madrasah. Akad nikah barlangsung bersamaan dengan pengguntingan pita tanda dibukanya sebuah madrasah baru, bersamaan pula dengan dilantiknya sepasang ustadz dan ustadzah yang diwajibkan untuk siap mendidik jundi-jundi kecil yang nanti akan meramaikan madrasah itu. Sepasang ustadz dan ustadzah yang bersatu dalam sebuah ikatan suci ini nanti akan mengajarkan banyak hal pada jundi-jundi kecil-nya dan sekaligus akan mengecap pembelajaran-pembelajaran yang akan mendewasakan keduanya. Begitulah waktu bergulir. Akankah menjadi sebuah madrasah favorit yang akan dijadikan cerminan madrasah-madrasah lainnya ataukah akan menjadi madrasah yang buruk bahkan ambruk (na’udzubillah!) tergantung sematang apa visi keislaman yang ia punya.

ii.Kematangan visi kepribadian
Dua hambatan terbesar dalam berhubungan dengan orang lain yaitu bila kita tidak memahami orang lain dengan benar dan bila kita tidak mampu memahami diri kita sendiri dengan benar.
Seseorang yang mempunyai konsep diri yang jelas artinya ia mengetahui kepribadiannya sendiri dengan baik. Orang semacam itu akan mampu memahami keadaan dirinya sendiri sehingga akan melahirkan penerimaan diri yang baik.
Ketika seseorang mampu menerima dirinya dengan baik, setelah menikah pada umumnya ia juga akan mampu menerima pasangannya dengan baik.

iii.Kematangan visi pekerjaan
Point ini lebih khusus ditujukan untuk calon suami. Seorang ikhwan ketika memutuskan untuk menikah maka ia harus mempuyai perencanaan yang matang tentang bagaimana ia nanti akan menghidupi anak dan istrinya. Artinya, ia mempunyai visi yang jelas tentang pekerjaan yang akan dilakoninya kelak.

 2.Kesiapan Psikologis
Ketika seseorang berumah tangga, tangung jawab (sebagai seorang qowam atau bunda) akan memberikan beban secara psikologis. Orang yang tidak sanggup menerima beban tidak akan kuat menghadapi beban kehidupan rumah tangga.
Kesiapan psikologis disini adalah kematangan tertentu secara psikis untuk menghadapi berbagai tantangan besar dalam hidup. Orang yang tidak matang secara psikologis akan menyebabkan banyak sekali masalah dalam keluarga ketika memasuki perkawinan.

Contoh, ketika Rasulullah bersama sahabat di rumah ‘Aisyah, datang sahabat lain membawa nampan berisi makanan. Nampan itu dikirim oleh salah seorang istri Rasul yang lain. Ketika ‘Aisyah mengetahui hal itu, ia langsung menghancurkan isi nampan didepan Rasul dan para sahabat. Kita dapat membayangkan gengsi seorang pemimpin yang terganggu dalam situasi seperti itu. Sambil meneguk secangkir kopi, Rasul mengatakan kalau kita sekarang membutuhkan laki-laki yang bisa menghadapi masalah yang paling pelik dengan cara sederhana. Saat itu rasul berkata, “Ibu kalian sedang cemburu.” That’s it. Finish.

 3.Kesiapan fisik
Apakah fisiknya sudah siap untuk menikah. Kita harus meyakini bahwa fisik kita sudah siap untuk menikah. Itulah sebabnya nikah terlalu dini juga tidak terlalu bagus (pada umur 12 tahun misalnya). Dalam kitab al Hijab, Maududi menjelaskan tentang hubungan seksual. Ketika alat reproduksi kita belum matang, hal itu bisa mempercepat perapuhan fisik secara umum. Di Barat, orang yang melakukan hubungan seksual terlalu muda, pada umumnya setelah diatas usia tiga puluhan akan mengalami hambatan-hambatan fisik.
Lain halnya dengan orang yang telat nikah (menikah diatas umur 30 tahun). Menurut ahli kandungan, daya seksual diatas usia 30 tahun sedang down. Makanya laki-laki yang telat menikah, ketika berumur 40 tahun merasa masih harus membuktikan kelaki-lakiannya. Hal ini dibenarkan oleh para psikolog dengan menghembuskan isu puber kedua. Ini tidak benar di dalam islam sehingga penting diketahui dengan baik.

 4. Kesiapan Finansial
Yang ada dalam perkawinan bukan hanya cinta. Aspek ekonomi juga sangat terlibat. Walaupun tidak berarti ketika seorang ikhwan ingin menikah maka ia harus menjadi ikhwan yang berkepribadian; ikhwan dengan rumah pribadi, mobil pribadi, perusahaan pribadi. Bukan itu. Tapi bagaimana seorang ikhwan siap menafkahi anak dan istrinya secara rasional, artinya dapat mencukupi kebutuhan keluarga.

Jangan sampai kita memasuki dunia perkawinan hanya dengan semangat baja, “kalaupun mereka fakir nanti Allah yang akan membuat kaya”. Kita harus tetap ingat bagaimana cara Allah membuat orang kaya. Prosedurnya tetap manusiawi. Walaupun ada yang tidak menusiawi. Allah mengatakan, “barang siapa yang bertakwa kepada Allah, Ia akan memberikan jalan dari arah yang tidak disangka-sangka”. Tapi sebagian besar kerjanya manusiawi. Seperti yang dikatakan Umar bin Khatab bahwa langit tidak akan menurunkan emas.

Bersama Maudy Wedding, pernikahan menjadi Sakinah, Mawadah, Warahmah.
sumber www.maudyweddingorganizer.com dan www.maudyriaspengantin.com

Sabtu, 04 Desember 2010

Maudy Wedding

Dekorasi, bridal makeup and beauty salon, Boutique
Office on Street Prof Dr. Hamka BPI A-5 Ngaliyan, Semarang
FaceBook : Maudy Wedding Organizer
Email : info@maudyweddingorganizer.com
phone (024) 761 7083
Hand Ph
one 081 901 091 325
Whatsapp 0857 2790 0028

Dekorasi by Maudy


Pengertian Rias Pengantin

Tata Rias dan Tata Busana dua serangkai yang tidak dapat dipisahkan untuk penyajian suatu garapan tari. Seorang penata tari perlu memikirkan dengan cermat dan teliti tata rias dan tata busana yang tepat guna memperjelas dan sesuai dengan tema yang disajikan dan akan dinikmati oleh penonton. Untuk itu memilih desain pakaian dan warna membutuhkan pemikiran dan pertimbangan yang matang karena kostum berfungsi untuk memperjelas pemeranan pada tema cerita.

Tata rias merupakan cara atau usaha seseorang untuk mempercantik diri khususnya pada bagian muka atau wajah, menghias diri dalam pergaulan. Tata rias pada seni pertunjukan  diperlukan  untuk menggambarkan/menentukan watak di atas pentas. Tata rias adalah seni menggunakan bahan-bahan kosmetika untuk mewujudkan wajah peranan dengan memberikan dandanan atau perubahan pada para pemain di atas panggung/pentas dengan suasana yang sesuai dan wajar (Harymawan, 1993: 134). Sebagai penggambaran watak di atas pentas selain acting yang dilakukan oleh pemain  diperlukan adanya tata rias sebagai usaha menyusun  hiasan terhadap suatu objek yang akan dipertunjukan.

Tata rias merupakan aspek dekorasi, mempunyai berbagai macam kekhususan yang masing-masing memiliki keistimewaan dan ciri tersendiri. Dari fungsinya rias dibedakan menjadi delapan macam rias yaitu:

  1. Rias aksen, memberikan tekanan pada pemain yang sudah mendekati peranan yang akan dimainkannya. Misalnya pemain orang Jawa memerankan sebagai orang Jawa hanya dibutuhkan aksen atau memperjelas garis-garis pada wajah.
  2. Rias jenis, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan perubahan wajah pemain berjenis kelamin laki-laki memerankan menjadi perempuan, demikian sebaliknya.
  3. Rias bangsa, merupakan riasan yang diperlukan untuk memberikan aksen dan riasan pada pemain yang memerankan bangsa lain. Misalnya pemain bangsa Indonesia memerankan peran bangsa Belanda.
  4. Rias usia, merupakan riasan  yang mengubah seorang muda (remaja/pemuda/pemudi) menjadi orang tua usia tujuh puluhan (kakek/nenek).
  5. Rias tokoh, diperlukan untuk memberikan penjelasan pada tokoh yang diperankan. Misalnya memerankan tokoh Rama, Rahwana, Shinta, Trijata, Srikandi, Sembadra, tokoh seorang anak sholeh, tokoh anak nakal.
  6. Rias watak, merupakan rias yang difungsikan sebagai penjelas watak yang diperankan pemain. Misalnya memerankan watak putri luruh (lembut), putri branyak (lincah), putra alus, putra gagah.
  7. Rias temporal, riasan berdasarkan waktu ketika pemain melakukan peranannya. Misalnya pemain sedang memainkan  waktu bangun tidur, waktu dalam pesta, kedua contoh tersebut dibutuhkan riasan yang berbeda.
  8. Rias lokal, merupakan rias yang dibutuhkna untuk memperjelas keberadaan tempat pemain. Misalnya rias seorang narapidana di penjara akan berbeda dengan rias sesudah lepas dari penjara.


Untuk dapat menerapkan riasan yang sesuai dengan peranan, diperlukan pengetahuan tentang berbagai sifat bangsa-bangsa, tipe dan watak bangsa tersebut. Selain itu diperlukan pula pemahaman tentang pengetahuan anatomi manusia dari berbagai usia, watak dan karakter manusia, serta untuk seni pertunjukan tari dibutuhkan pengetahuan tentang karakter dan tokoh pewayangan.







Ingin lebih tau info Tata Rias Pengantin dapat klik
Maudy Wedding Organizer
atau datang ke kantor Maudy untuk menemui Ibu Hj Dyah Maudy